Perubahan
Energi dalam Reaksi Kimia
Seringkali
perubahan energy yang berlangsung selama reaksi kimia memiliki sisi praktis
yang sama seperti hubungan massa.Sebagai contoh,reaksi pembakaran yang
melibatkan bahan bakar seperti gas alam dan minyak bumi dilakukan sehari-hari
lebih untuk memanfaatkan eergi termal yang dihasilkannya daripada untuk memanfaatkan
jumlah produknya,yatu air dan karbon diksida.
Hampir
semua reaksi kimia menyerap atau menghasilkan (melepaskan) energy,umumnya dalam
bentuk kalor.Penting bila kita untuk memahami perbedaan antara energy termal
dan kalor.Kalor(heat) adalah perpindahan energi termal antara dua benda yang
suhunya berbeda.Kita sering mengatakan aliran kalor” dari benda panas kbenda
ingin.Walaupun “kalor” itu sering mengandung arti pindahan energy,kita biasanya
menyebut “kalor diserap” atau “kalor dibebaskan” ketika menggambarkan perubahan
energy yang terjadi sama proses tersebut.Ilmu yang mempelajari perubahan kalor
yang menyertai reaksi kimia disebut termokimia(thermochemistry).
Untuk
menganalisis perubahan energy yang berkaitan dengan reaksi kimia kita
pertama-tama harus mendefinisikan system (system),atau bagian tertentu dari
alam yang menjadi perhatian kita.Untuk kimiawan,system biasanya mencakup
zat-zat yang terlibat dalam perubahan kimia dan fisika.Sebagai contoh,dalam
suatu percobaan penetralan asam-basa,sistem dapat berupa gelas kimia yang mengandung 50 mL HCl yang ke
dalamnya diambahkan 50 mL larutan NaOH.Sisa alam yang berada luar system lingkungan(surrounding)
Terdapat
tiga jenis system.Sistem terbuka
(open system)dapat mempertukarkan massa dan energy (biasanya dalam bentuk
kalor) dengan lingkungannya.Sebagai contoh,system terbuka dapat terdiri dari sejumlah
air dalam wadah terbuka,seperti pada gambar 6.1a . Jika kita tutup botol
itu,seperti pada gambar 6.1b , sedemikian rupa sehingga tidak ada uap air yang dapat
lepas dari atau mengembun ke wadah,maka kita menciptakan system tertutup (closed system) yang memungkinkan perpindahan energy
(kalor) tetapi bukan massanya.Dengan menempatkan air dalam wadah yang disekat
seluruhnya,maka kita membuat system terisolasi
(isolated system),yang tidak memungkinkan perpindahan massa maupun energi
seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6.1c.
Pembakaran
gas asetilena (C2H2) dalam oksigen adalah satu dari banyak
reaksi kimia yang sudah dikenal yang melepaskan sejumlah enegi yang cukup besar
2C2H2(g) + 5O2(g) à4CO2(g) + 2H2O(l) +
energy
Pada
kasus ini kita menyebut campuran reaksi (asetilena,oksigen,karbon dioksida,dan
air)sebagai system dan alam sisanya sebagai lingkungan.Karena energy tidak
dapat diciptakan aau dimusnahkan,setiap energi yang hilang dari system harus diterima
oleh lingkungannya.Jadi,kalor yang dihasilkan oleh proses pembakaran
dipindahkan dari system ke lingkungannya.Setiap proses yang melepaskan
kalor(yaitu,perpindahan energy termal ke lingkungan)disebut proses eksotermik(
exothermic rocess)(ekso-ialah awalan yang berarti “ke luar” ) Gambar 6.3a
menunjukkan perubahan energy pada pembakaran gas asetilena.
Sekarang
perhatikan reaksi lain,penguraian merkuri(II) oksida (HgO) pada suhu tinggi
Energy + 2HgO(s) à 2Hg(l) + O2(g)
Ini
merupakan contoh proses endotermik (endhotermic process)(endo-adalah awalan
yang berarti “ke dalam”),di mana kalor harus disalurkan ke system (yaitu,HgO) oleh
lingkungan (Gambar 6.3b)
Dari
gambar 6.3 Lo bisa liat bahwa dalam reaksi eksotermik energy total produk lebih
kecil daripada energy total reaktan.Perbedaan dalam energy tersebut adalah
kalor yang disalurkan oleh system ke lingkungan.Yang sebaliknya terjadi pada
reaksi endotermik.Disini,perbedaan antara energi produk dan reaktan sama dengan
kalor yang disalurkan ke sistem oleh lingkungan.
No comments:
Post a Comment